Biografi Julius Robert Oppenheimer – Penemu Bom Atom
Pendahuluan
Julius Robert Oppenheimer adalah seorang fisikawan dan ilmuwan nuklir Amerika Serikat yang terkenal sebagai bapak pembuat bom atom. Namun, di balik keberhasilannya menciptakan bom atom yang menentukan kemenangan Amerika Serikat dalam Perang Dunia II, terdapat pula penyesalan mendalam yang dirasakannya. Artikel ini akan membahas biografi Julius Robert Oppenheimer berdasarkan berbagai sumber yang tersedia, termasuk BBC Indonesia, VNExplorer, Kumparan, KabNews, Kompas dan SindoNews.
Kehidupan Awal
Julius Robert Oppenheimer lahir pada tanggal 22 April 1904 di New York City, AS. Ayahnya, Julius Oppenheimer, adalah seorang pengusaha tekstil kaya asal Jerman, sedangkan ibunya, Ella Friedman, adalah seorang seniman dan anggota keluarga Yahudi asal Baltimore, Maryland.
Oppenheimer menghabiskan masa kecilnya di New York City dan kemudian pindah ke Pasadena, California, bersama keluarganya. Di sana, ia menempuh pendidikan di Sekolah Inggris dan kemudian melanjutkan ke Harvard University untuk menempuh pendidikan sarjana di bidang kimia. Setelah itu, ia melanjutkan ke Universitas Cambridge di Inggris untuk menempuh pendidikan doktor di bidang fisika.
Selama di Cambridge, Oppenheimer belajar di bawah bimbingan fisikawan terkenal, Paul Dirac, dan juga mengenal beberapa ilmuwan lain yang kelak akan menjadi teman dan rekan kerjanya, seperti Niels Bohr dan Werner Heisenberg.
Karir Ilmiah
Setelah menyelesaikan pendidikannya di Cambridge, Oppenheimer kembali ke Amerika Serikat dan mulai mengajar di Universitas California, Berkeley. Di sana, ia menjadi salah satu pendiri Laboratorium Radiasi Lawrence yang terkenal dan memimpin program penelitian nuklir yang sangat sukses.
Pada tahun 1942, Amerika Serikat memasuki Perang Dunia II dan Oppenheimer bergabung dalam Proyek Manhattan, sebuah proyek rahasia yang bertujuan untuk mengembangkan bom atom sebagai senjata perang. Oppenheimer ditunjuk sebagai direktur dari Los Alamos Laboratory di New Mexico, tempat di mana bom atom pertama berhasil dikembangkan dan diuji coba pada tanggal 16 Juli 1945.
Ketika bom atom dijatuhkan di Hiroshima dan Nagasaki pada bulan Agustus 1945, Oppenheimer merasakan penyesalan mendalam. Meskipun ia menyadari bahwa penggunaan bom atom mungkin telah mengakhiri perang lebih cepat dan menyelamatkan banyak nyawa, ia juga menyadari dampak yang sangat mengerikan dari senjata ini dan merasa bertanggung jawab atas kematian ribuan orang.
Setelah Perang Dunia II, Oppenheimer kembali ke Berkeley dan melanjutkan kariernya sebagai ilmuwan nuklir terkemuka. Namun, pada tahun 1954, ia dijatuhi sanksi oleh pemerintah Amerika Serikat karena diduga terlibat dalam kegiatan komunis. Oppenheimer dilarang bekerja di bidang keamanan nasional dan kehilangan kepercayaan dari teman-temannya di dunia ilmu pengetahuan. Meskipun sanksi tersebut kemudian dicabut, Oppenheimer merasa sangat terpukul dan memutuskan untuk pensiun dari dunia akademik pada tahun 1966.
Warisan dan Penghargaan
Julius Robert Oppenheimer meninggal dunia pada tanggal 18 Februari 1967 di Princeton, New Jersey, AS. Meskipun ia dikenal sebagai ilmuwan yang menciptakan bom atom, ia juga dihormati sebagai salah satu ilmuwan nuklir terkemuka di dunia. Penelitiannya di bidang fisika teoretis, termasuk kontribusinya dalam mengembangkan teori relativitas khusus dan umum serta teori kuantum, diakui secara luas dan dihargai oleh rekan-rekannya.
Pada tahun 1963, Oppenheimer dianugerahi National Medal of Science oleh Presiden John F. Kennedy atas kontribusinya dalam bidang fisika teoretis. Selain itu, ia juga mendapatkan berbagai penghargaan dan kehormatan lainnya, termasuk gelar kehormatan dari berbagai universitas di seluruh dunia.
Walau begitu, warisan Julius Robert Oppenheimer tetap kontroversial dan kompleks. Di satu sisi, ia dihormati sebagai ilmuwan yang menciptakan bom atom dan membantu memenangkan Perang Dunia II. Di sisi lain, ia merasa sangat menyesal atas penggunaan bom atom dan menjadi korban dari politik Amerika Serikat yang saat itu sedang mengalami ketegangan saat Perang Dingin.